Berita Jateng

Kisah Seorang Istri di Semarang yang Tertular HIV dari Suami, Masih Semangat Bekerja

Ia mengatakan, jangan sampai  ada ketakutan bagi anak maupun orang dengan HIV untuk bersosialisasi baik bekerja maupun bersekolah.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: khoirul muzaki
Ist
Semarak acara Rumah Aira berbagi cinta dalam rangka hari Aids sedunia. Kegiatan itu dilakukan saat Car Free Day (CFD) di Simpang Lima Semarang, Minggu (26/11/2023). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG -Rumah Aira mengajak masyarakat untuk bergerak bersama mencintai Orang dengan HIV Aids (ODHA) dan Anak dengan HIV Aids (ADHA) tanpa stigma dan diskriminasi. 

Sikap tersebut dapat ditunjukan dengan cara jauhi virusnya bukan orangnya.

"Kondisi ini masih menjadi pekerjaan rumah di masyarakat, makanya kami berpesan dalam kegiatan ini mari ciptakan ruang inklusi bagi ADHA dan ODHA," papar Pengelola Rumah Aira Semarang, Maria Magdalena selepas kegiatan menjelang peringatan hari AIDS Sedunia, Senin (27/11/2023). 

Untuk semakin mengenalkan ruang tanpa stigma dan diskriminasi bagi pengidap Aids, Rumah Aira berbagi cinta dalam rangka hari Aids sedunia. 

Kegiatan itu dilakukan saat Car Free Day (CFD) di Simpang Lima Semarang, Minggu (26/11/2023). 

Baca juga: Rumah Sakit di Batang Siap Tampung Caleg Stres karena Gagal di Pemilu 2024, Cek Fasilitasnya

Beragam masyarakat menghadiri acara ini mulai dari Kepala Dinas Kesehatan Semarang, 
Kesbangpol Semarang, para Komunitas dan Ormas, mahasiswa Udinus dan Undip dan
masyarakat umum lainnya. 

Acara diisi dengan sosialisasi HIV, pemeriksaan kesehatan serta tes HIV gratis, dan lainnya.


"Tujuan kegiatan untuk membantu pemahaman HIV kepada masyarakat dan mengajak masyarakat ramah dengan ADHA dan ODHA," terang Magdalena.

Ia mengatakan, jangan sampai  ada ketakutan bagi anak maupun orang dengan HIV untuk bersosialisasi baik bekerja maupun bersekolah.

Meskipun, dalam pantauannya selama ini di Kota Semarang layanan pendidikan bagi ADHA berlangsung dengan baik. 

"Kami takut misal ada yang kena HIV nanti dikucilkan. Oleh karena itu, kami nenghindari itu terjadi dengan terus mendengungkan  agar masyarakat semakin paham sehingga ADHA atau ODHA bisa diterima seperti orang pada umumnya," jelasnya. 

Baca juga: INNALILLAHI Anggota DPRD Jateng Meninggal, Jabat Ketua PKB Purbalingga

Sementara, ADHA Semarang, Lentera (bukan nama sebenarnya) mengaku, masih belum berani mengungkapkan identitasnya. 

Ketakutannya untuk menjelaskan jati dirinya karena takut dipecat dari pekerjaan. 

Padahal, Lentera bisa beradaptasi dengan beban kerja seperti karyawan lainnya.  

"Saya belum siap karena masih melihat stigma di lingkungan sekitar juga belum siap menerima saya, ketika saya ungkap sebagai ODHA takutnya dipecat karena dianggap orang penyakitan," katanya sembari menyebut terkena HIV dari suaminya. (Iwn)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved