Berita Jateng
Daftar Daerah dengan Inflasi Tertinggi di Jateng, Kota Kretek Peringkat 1
Dari enam kota IHK di Jawa Tengah, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Kudus sebesar 0,27 persen dengan IHK sebesar 115,73
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Kenaikan harga bensin hingga gula pasir menjadi komoditas utama penyumbang inflasi di Jawa Tengah pada bulan Oktober 2023.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat, inflasi Jateng pada bulan Oktober 2023 yakni sebesar 0,18 persen.
Adapun dari inflasi tersebut, lima komoditas penyumbang inflasi terbesar yakni bensin dengan andil 0,066 persen; disusul cabai merah 0,0453 persen; beras dengan andil 0,0445 persen; cabai rawit 0,0393 persen; dan gula pasir 0,0131 persen.
"Inflasi bulan Oktober 2023 ini tidak lepas dari catatan peristiwa, dimana pada bulan Oktober ada kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM non subsidi. Juga adanya kekeringan dampak El-Nino, yang masih berpengaruh terhadap komoditas beras dan cabai. Secara umum harga komoditas pada bulan Oktober bisa menimbulkan angka inflasi," kata Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Tengah Arjuliwondo saat konferensi pers virtual, Rabu (1/11/2023).
Baca juga: Turnamen Bola Banser Cup Dibekukan Imbas Kerusuhan Suporter di Kejajar Wonosobo
Inflasi tercatat sebesar 0,18 persen pada bulan Oktober tersebut merupakan gabungan enam kota di Jawa Tengah.
Adapun bulan Oktober ini terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK), dari bulan September lalu yang sebesar 115,50 menjadi 115,80 pada bulan ini.
Dari enam kota IHK di Jawa Tengah, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Kudus sebesar 0,27 persen dengan IHK sebesar 115,73 diikuti oleh Kota Tegal sebesar 0,26 persen dengan IHK sebesar 117,62; Kota Purwokerto sebesar 0,21 persen dengan IHK sebesar 116,44; Kota Semarang sebesar 0,17 persen dengan IHK sebesar 115,19; Kota Surakarta sebesar 0,16 persen dengan IHK sebesar 117,76; dan inflasi terendah terjadi di Kota Cilacap sebesar 0,12 persen dengan IHK sebesar 115,79.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok transportasi sebesar 0,42 persen; kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,35 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,28 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,17 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,08 persen; dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga dan kelompok kesehatan masing-masing sebesar 0,04 persen.
Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar -0,06 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,03 persen; dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar -0,02 persen. Sedangkan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran tidak mengalami perubahan indeks atau relatif stabil.
"Secara m-to-m, inflasi bulan ini lebih rendah dari inflasi bulan September lalu yang sebesar 0,41 persen, yang tentu saja disebabkan kenaikan beras yang tinggi bulan lalu. Namun, jika dibandingkan bulan sama tahun lalu, pada Oktober 2022 posisi terjadi deflasi 0,12 persen," terangnya.
Baca juga: Sah, Arab Saudi Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2034
Sementara itu, lima komoditas menjadi penyumbang terbesar deflasi bulan Oktober yakni telur ayam ras dengan andil -0,0420 persen; daging ayam ras -0,0309 persen; bawang merah -0,0215 persen; semangka dengan andil -0,0067 persen; dan minyak goreng memberikan andil -0,0062 persen.
Sementara itu disebutkan, tingkat inflasi tahun kalender Oktober 2023 sebesar 2,17 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2023 terhadap Oktober 2022) sebesar 2,81 persen.
"Mudah-mudahan angka ini bisa menjadi semangat lagi untuk menutup tahun supaya masih terjaga dalam inflasi yang ditargetkan pemerintah," tambahnya. (idy)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.