Otomotif

Saran KNKT, Jangan Lakukan Ini saat Berkendara di Jalan Menurun Jika Tak Mau Mengalami Rem Blong

Jalan menurun bukan satu-satunya pemicu rem blong hingga menimbulkan kecelakaan maut. KNKT mengungkapkan, pemilihan gigi juga memiliki andil.

Editor: rika irawati
Reza Gustav/TribunBanyumas.com
Kolase foto truk trailer yang menabrak sejumlah mobil dan motor (kiri) dan relawan mengevakuasi sepeda motor yang ringsek pada kecelakaan maut truk di Bawen, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (23/9/2023) malam. KNKT mengungkap, jalan menurun tak selalu menjadi penyebab rem blong. Teknik berkendara yang tak sesuai rekomendasi keselamatan yang dapat memicu rem blong. 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, jalan menurun tak selalu menjadi penyebab rem kendaraan blong hingga menimbulkan kecelakaan maut seperti yang terjadi di turunan dekat exit Tol Bawen, Kabupaten Semarang, Sabtu (23/9/2023).

Menurut Wildan, kasus rem blong pada kendaraan bisa dimungkinkan karena teknik mengendarai yang tidak sesuai panduan keselamatan rekomendasi KNKT.

Seperti diketahui, kecelakaan di turunan dekat exit Tol Bawen, terjadi akibat truk tronton tak bermuatan diduga mengalami rem blong.

Truk kemudian menabrak setidaknya 16 kendaraan yang tengah berhenti karena lampu merah di depan truk.

Menurut catatan polisi, kecelakaan ini mengakibatkan sedikitnya tiga orang meninggal dunia, satu orang mengalami luka serius, dan puluhan lainnya luka ringan.

Baca juga: UPDATE Kecelakaan di Dekat Exit Tol Bawen Semarang: Libatkan 16 Kendaraan, 30 Orang Jadi Korban

Lalu, apa yang sering kali memicu rem kendaraan blong saat melaju di jalan menurun?

Wildan mengatakan, semua kasus rem blong secara umum penyebabnya hanya dua.

Pertama, pengemudi menggunakan gigi tinggi saat melalui jalanan turunan.

Dalam kondisi itu, mereka akan melakukan pengereman secara berulang.

"Ketika melakukan pengereman berulang, ada tiga hal yang akan mereka hadapi," kata Wildan dikutip dari Kompas.com, Minggu (24/9/2023).

"Pertama, kampas remnya panas, kedua tekanan anginnya tekor, kemudian minyak rem panas yang akan ditandai pedal remnya terasa kosong," sambungnya.

Menurutnya, ketiga kondisi ini disebut dengan rem blong.

Kemudian, faktor kedua yang menjadi penyebab rem blong adalah kebocoran-kebocoran pada sistem pneumatik atau sistem hidrolik.

Hal ini disebabkan karena sebelum mengemudi, sopir tidak melakukan pemeriksaan terlebih dulu atau disebut pre trip inspection.

"Dua hal ini sebenarnya jadi rekomendasi KNKT agar mencegah rem blong terjadi, namun kita belum melihat bahwa rekomendasi ini dijalankan secara konsisten," ujar Wildan.

Kondisi Jalan Bukan Faktor Utama

Karena itu, Wildan menampik anggapan bahwa jalanan yang menurun menjadi faktor utama penyebab kecelakaan.

Di Jalan Petung Merapi, Sleman, Yogyakarta, misalnya, tak pernah ada kasus truk mengalami rem blong.

Baca juga: Olah TKP Kecelakaan di Turunan Dekat Exit Tol Bawen Pakai Teknologi 3D, Belum Ada Tersangka

Padahal, jalanan yang menurun itu dilewati oleh truk-truk tua bermuatan berat.

"Mereka selamat semua, tidak ada yang rem blong, karena mereka menggunakan cara mengemudi sama seperti yang KNKT rekomendasikan. Jadi, ini kaitannya dengan cara mengemudi yang benar," jelas dia.

Hal serupa juga terjadi pada kecelakaan truk rem blong di Cibubur, Bekasi, Jawa Barat.

Menurut Wildan, semua orang, saat itu, menuduh traffic light sebagai penyebabnya.

Padahal, penyelidikan KNKT menunjukkan hal lain, yakni human error karena melakukan dua kesahalan di atas.

Ia menjelaskan, truk dan bus memilik dua macam sistem pengereman, yakni rem utama (service brake) dan rem pembantu (accelery brake).

"Di jalan mendatar, gunakan rem utama, di jalan menurnu, gunakan rem pembantu. Caranya gunakan gigi rendah hingga tercipta engine brake dan bantu dengan accelery break. Prosedurnya gitu kan harusnya," tutupnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Kesalahan Sopir yang Kerap Dilakukan Saat Melalui Jalan Menurun hingga Sebabkan Rem Blong".

Baca juga: Hanung Cahyo Saputro Resmi Jadi Pj Bupati Banyumas: Berumur 43 Tahun, Lulusan IPDN dan UGM

Baca juga: Sungai Bengawan Solo Tercemar Limbah Ciu dan Tekstil: Ikan Mati, Belum Ganggu Produksi Air PDAM

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved