Ganjar Pranowo
Cerita Kakek Mertua Ganjar, KH Hisyam Abdul Karim Kalijaran Purbalingga: Dijuluki Mbah Lam Yahtalim
Namanya tak se-masyhur ulama besar lain di Jawa Tengah. Jejaknya dimulai dari pondok ke pondok.
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - KH Hisyam Abdul Karim adalah kakek dari istri Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Siti Atikoh.
Namanya tak se-masyhur ulama besar lain di Jawa Tengah.
Tapi bagi masyarakat Banyumas Raya, terutama di Purbalingga, kiai yang akrab dengan nama Hisyam Kalijaran adalah ulama kharismatik yang erat hubungannya dengan Nahdhlatul Ulama (NU).
Lahir dan besar di Purbalingga, sepak terjang Kiai Hisyam menjadi seorang ulama dilalui dengan penuh perjuangan.
Baca juga: Jalan Kamboja Cilacap yang Viral Karena Rusak, Selesai Diperbaiki: Gubernur Ganjar Respons Cepat

Jejaknya dimulai dari pondok ke pondok.
Berawal selama empat tahun di bawah bimbingan Al Mukarom Syeikh KH Muhammad Zuhdi, Ponpes Randegan, Banyumas.
Mbah Hisyam, demikian masyarakat Purbalingga mengenalnya, kemudian lanjut nyantri selama delapan tahun di Ponpes Jampes, Kediri, Jawa Timur, dalam asuhan Syeikh KH Muhammad Dahlan.
Satu ajaran yang lekat di masyarakat dan santri Ponpes Kalijaran adalah nadhom dan terjemahan Lam Yahtalim.
Syair tersebut berisikan keistimewaan Nabi Muhammad SAW.
Baca juga: Satu Abad NU, Wasekjen PBNU dan Ribuan Nahdliyin Ziarahi Makam KH Hisyam Abdul Karim di Purbalingga
"Kalau di Purbalingga, masyarakat ada yang kenalnya Mbah Hisyam Lam Yahtalim.
Karena memang itu yang sampai saat ini terus diajarkan dan dilantunkan setiap harinya," kata KH Ahmad Musta'id Billah, seorang putra KH Hisyam Abdul Karim ditemui di rumah dinas Gubernur Jawa Tengah, Puri Gedeh, Semarang, Sabtu 17 Juni 2023 lalu.
KH Ahmad Musta'id Billah merupakan pengasuh Ponpes Kalijaran.
Belasan tahun usai mengembara menuntut ilmu dan di usianya yang masih terbilang muda, tahun 1929 Mbah Hisyam pulang dan mendirikan Pondok Pesantren Sukawarah Roudlotus Sholichin, di Desa Kalijaran, Purbalingga.
Hingga kini, eksistensi Ponpes Kalijaran terus berlanjut.
Di bawah asuhan anak-anak dan cucu-cucunya, ponpes tersebut menjadi salah satu tempat pendidikan rujukan bagi masyarakat di Banyumas Raya.
Termasuk kegiatan pengajian hari Sabtu atau lebih dikenal Setuan, yang sejak zaman Mbah Hisyam masih berlangsung hingga masa kini.
Walau telah wafat pada 12 Januari 1989, kharisma Mbah Hisyam tak lekang oleh waktu yang membuat masyarakat mempercayakan pendidikan anaknya di ponpes tersebut.
"Mbah Hisyam adalah sosok ayah sekaligus guru," kata Kiai Musta'id.
Baca juga: PPP Bahas Posisi Sandiaga Uno: Diusulkan Jadi Ketua Bappilu, Digodok untuk Bakal Cawapres Ganjar
Semangatnya menyebarkan Islam di Purbalingga sangat kuat hingga menurun ke anak dan cucunya.
Kiai Musta'id menuturkan sejak Mbah Hisyam wafat, pengelolaan dan pengasuh Ponpes Kalijaran diteruskan turun temurun oleh anak-anaknya.
Hingga saat ini para cucu Hisyam Abdul Karim juga turut berperan pada berkembangnya ponpes Kalijaran.
Semasa hidupnya, kata Kiai Musta'id, Mbah Hisyam menanamkan nilai pentingnya menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat.
Dibuktikan dengan keaktifannya saat masa perang kemerdekaan, menjadikan Ponpes Kalijaran sebagai tempat pengkaderan para pejuang.
Aktif di Politik
Mbah Hisyam juga aktif di organisasi NU.
Tercatat Ia pernah menjadi Rais Syuriah NU di Purbalingga selama tiga periode kurun waktu tahun 1973-1983.
Jejaknya ini juga diikuti oleh salah satu putranya, Ahmad Moesoddiq Supriyadi yang juga merupakan ayahanda Siti Atikoh dan kakak dari Kiai Musta’id.
Baca juga: Ganjar Terimakasih kepada Para ASN: 10 Tahun Jateng Berprestasi Karena Mereka Serius dalam Bekerja
Selain ikut mengasuh Ponpes Kalijaran, Ahmad Moesoddiq Supriyadi juga aktif dalam politik.
Ia bergabung dan menjadi Wakil Ketua DPRD Purbalingga selama beberapa periode bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Mendiang ayahanda Atikoh ini juga pernah menjadi anggota MPR RI.
"Mbah Hisyam pesannya selalu belajar dan bermanfaat untuk masyarakat.
Tapi tidak pernah secara lisan, dibuktikan dengan sikap beliau dan itu tertanam ke anak cucunya," tutur Kiai Musta'id.
Ia yang merupakan paman dari Siti Atikoh ini mengatakan, tidak semua anak dan cucu Hisyam Abdul Karim berkecimpung di Ponpes Kalijaran.
Seperti contoh kakaknya yang aktif di politik dan pemerintahan.
"Ya itu juga menurun ke anak-anaknya, termasuk Atikoh yang sekarang istrinya Mas Ganjar," katanya.
Kiai Musta'id menjelaskan, Siti Atikoh adalah anak keempat dari lima bersaudara pasangan Ahmad Moesoddiq dan Astuti Ibrahim.
Kakak sulung Siti Atikoh bernama Ahmad Cholid telah meninggal dunia.
Putra kedua adalah Ahmad Hamid.
Kemudian yang ketiga adalah Nurul Hidayah.
Berikutnya adalah Siti Atikoh dan yang terakhir bernama Zaini Makarim.
Kakak perempuan Siti Atikoh, Nurul Hidayah juga berkecimpung di dunia politik dan saat ini menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah dari Fraksi PPP.
"Prinsipnya bermanfaat untuk masyarakat di manapun tempatnya.
Jadi ada yang di pemerintahan, politik, dan yang jadi guru juga ada," ujarnya.
Pengelolaan Ponpes Kalijaran yang dikerjakan dengan kompak membawa ponpes yang juga dikenal dengan Ponpes Perjuangan itu makin berkembang.
Saat ini bahkan sudah memiliki sekolah formal setingkat SMA. (*)
Baca juga: Puan Ingin Bertemu AHY setelah Masuk Radar Bakal Cawapres Ganjar, Demokrat Beri Sinyal Positif
Ganjar Pranowo
KH Hisyam Abdul Karim
pesantren kalijaran ganjar pranowo
kalijaran karanganyar purbalingga
Purbalingga
TribunBanyumas.com
KH Muhammad Zuhdi
Baznas Jateng Berharap Programnya Bisa Diteruskan Penerus Ganjar Pranowo |
![]() |
---|
Sosok Ganjar di Mata Seniman Jateng: Bantuan Gamelan untuk Melestarikan Kesenian di Desa Kami |
![]() |
---|
Pesan Tanpa Kata dari Mbah Munif Girikesumo ke Ganjar Pranowo |
![]() |
---|
Di Hadapan ASN, Ganjar Sebut Capaian Jateng Merupakan Kerja Keras Bersama |
![]() |
---|
Ungkapan Perasaan Warga Jateng saat Acara Perpisahan dengan Ganjar Pranowo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.