PSIS Semarang
Bukan Karena Maringa dan Mistar Gawang, Tapi Penyelesaian Akhir PSIS Semarang Yang Kurang Maksimal
Permainan penjaga gawang Arema FC, Adilson Maringa mendapatkan apresiasi dari pelatih PSIS Semarang, Sergio Alexandre.
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Permainan penjaga gawang Arema FC, Adilson Maringa mendapatkan apresiasi dari pelatih PSIS Semarang, Sergio Alexandre.
Gerakan apik Adilson mampu menghalau bola yang mengarah ke gawangnya pada saat Arema FC menjamu PSIS Semarang di leg 2 semifinal Piala Presiden 2022 di Stadion Kanjuruhan Malang.
Peluang dari corner kick sempat membahayakan gawang Arema FC melalui sundulan keras Alie Sesay menit 49, namun masih mampu ditepis Adilson Maringa.
Lalu, pada menit 81 sundulan Delfin Rumbino juga masih mampu diamankan Adilson Maringa.
Baca juga: Sergio Beberkan Hikmah di Balik Kegagalan PSIS Semarang di Piala Presiden
Pelatih Sergio mengapresiasi garis pertahanan Arema FC, termasuk kiper.
Selain kinerja garis pertahanan Arema FC, pelatih Sergio juga menyingungg faktor keberuntungan.
Sergio menyebut dalam dua laga semifinal, PSIS Semarang belum dinaungi Dewi Fortuna alias Dewi Keberuntungan.
Pasalnya, tendangan atau sundulan para pemain PSIS kerap mengenai tiang atau mistar gawang dalam dua leg semifinal tersebut.
Baca juga: Kekalahan PSIS Semarang atas Arema FC: Mistar Gawang Jadi Aktor Antagonis bagi Mahesa Jenar
Garis batas yang merupakan benda mati ini jadi momok PSIS gagal mencetak gol ke gawang Arema FC dalam dua leg pertandingan.
Di leg pertama, peluang Carlos Fortes membentur mistar gawang.
Sedangkan di pertemuan pertama, dua peluang PSIS lewat Jonathan Cantillana dan Hari Nur juga digagalkan tiang dan mistar gawang Arema FC.
Ketika satu peluang mengenai tiang dan mistar gawang, artinya dari peluang tersebut, tim sudah berhasil menaklukkan penjaga gawang.
Baca juga: Hasil Pertandingan Arema FC Vs PSIS Semarang di Semifinal Piala Presiden 2022: Mahesa Jenar Gagal
Namun, gol tidak tercipta lantaran digagalkan benda mati, satu garis batas di atas kiper tersebut.
Ketika hal itu terjadi, satu gol jadi terasa dekat, meski sebenarnya jauh sekali.
Berbicara efektivitas atau peluang menciptakan gol dibandingkan dengan jumlah gol yang dicetak, bisa melihat Lionel Messi.