Berita Ekonomi Bisnis

Inilah Pemicu Kenaikan Harga Jagung, Bikin Peternak Banjarnegara Menjerit, Sebagian Gulung Tikar

Enti, pedagang jagung di Desa Gumiwang, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara membenarkan jika harga jagung saat ini sedang tinggi. 

Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/KHOIRUL MUZAKKI
Pekerjaan memanggul jagung di gudang milik Enti di Desa Gumiwang, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, Jumat (15/10/2021). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Anjloknya harga telur dalam beberapa pekan terakhir membuat peternak ayam petelur menjerit. 

Masalahnya, saat harga jual telur tak wajar, harga pakan justru melambung. 

Modal produksi peternak membengkak.

Sementara harga telur justru berada di titik terendah. 

Baca juga: Modal Awal Iuran Rp 125 Ribu, Kelompok Ikan di Banjarnegara Ini Sudah Miliki Aset Rp 1 Miliar

Baca juga: Ini Saran Plh Bupati Banjarnegara Bagi PNS Purna Tugas, Biar Tidak Terjangkit Post Power Syndrome

Baca juga: Harga Minyak Goreng Bikin Pedagang Banjarnegara Menjerit, Satu Karton Capai Rp 190 Ribu

Baca juga: Banjarnegara Jadi Sasaran Bantuan Alsintan Kementan, Penyumbang Kentang Terbesar Kedua di Indonesia

Peternak merugi hingga sebagian gulung tikar.

Puncaknya, para peternak menggelar demonstrasi di depan Kantor Kementerian Pertanian (Kementan) di Jakarta, beberapa hari lalu. 

Mereka mengeluhkan harga telur yang terus anjlok, serta harga pakan yang justru melambung. 

Di antara yang dikeluhkan peternak adalah tingginya harga pakan jagung. 

Di Kabupaten Banjarnegara, harga jagung kering sempat mencapai Rp 5.800 sampai Rp 6.000 perkilogram. 

Baru belakangan ini, harga jagung sedikit turun di kisaran Rp 5.400 perkilogram. 

Jagung menjadi pakan pokok ayam petelur, di luar konsentrat dan bekatul. 

Enti, pedagang jagung di Desa Gumiwang, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara membenarkan harga jagung saat ini sedang tinggi. 

"Saya jual ke peternak Rp 5.400 per kilogram."

"Kemarin malah sempat Rp 5.800," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (15/10/2021). 

Meski dijual dengan harga tinggi, komoditas itu tetap diburu peternak.

Menurut Enti, banyak faktor yang menyebabkan harga jagung tinggi akhir-akhir ini. 

Saat ini, menurut dia, belum terjadi panen raya, khususnya di Banjarnegara, sehingga stok jagung belum begitu banyak. 

Selain itu, banyak jagung petani berikut pohonnya yang dibeli tengkulak untuk kebutuhan pakan sapi di luar kota. 

Tanaman jagung yang ditebas sebelum masa panen itu otomatis memengaruhi produksi jagung kering untuk kebutuhan peternak ayam. 

Banyaknya petani di Banjarnegara yang gagal panen karena serangan hama tikus disebutnya juga memengaruhi harga jagung di pasaran. 

Di sisi lain, jumlah peternak ayam yang terus bertambah membuat permintaan jagung terus meningkat. 

"Jumlah peternak makin banyak."

"Jadi biasa, kalau permintaan tinggi, harga naik," katanya.

Dia berkata, naiknya harga jagung ini membuat peternak menjerit.

Tetapi sebagai pedagang, ia hanya menyesuaikan harga pasar yang sedang tinggi. 

Dia membeli jagung ke petani sudah dengan harga tinggi. 

Saat peternak merana, di saat yang sama, petani lega karena jagung mereka dihargai lebih pantas dari sebelumnya. 

"Nanti kalau impor dibuka, harga jagung anjlok, gantian petani yang menderita."

"Ya jadilah simalakama," katanya. (*)

Baca juga: Debut Manis Pelatih dan Tiga Pemain Muda PSIS Semarang, Menangi Laga Lawan Persik Kediri

Baca juga: Hasil Akhir Lawan Persik Kediri, PSIS Semarang Raih Tiga Poin, Tiga Gol Tanpa Balas

Baca juga: Kepala Disporapar Jawa Tengah Minta Maaf Kontingen Jateng Duduki Peringkat 6 di PON Papua

Baca juga: Jateng Dianugerah Parahita Ekapraya Kategori Mentor, Ganjar Sebut Gender Bukan Penghalang

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved