Berita Video
Video Insiprasi Usaha, Kain Ecoprint Tempelan Daun Asli Omset Puluhan Juta
Di rumahnya, di Kelurahan Bantarsoka RT 05 RW 01, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Sugiharti mulai serius menekuni bisnis ecoprint.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Abduh Imanulhaq
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Berikut ini video Insiprasi Usaha, Kain Ecoprint Tempelan Daun Asli Omset Puluhan Juta
Rasa penasaran itu timbul dari benak Sugiharti (43) manakala seorang teman memintanya mencarikan kain jenis ecoprint.
Dia yang kesehariannya sebagai tukang jahit, mulai mempelajari apa itu ecoprint dan bagaimana cara membuatnya.
Tak ada yang mengajari dia secara langsung, semua dimulai secara otodidak.
Ia praktikan sendiri teknik-teknik pembuatan kain ecoprint.
Hasilnya jelas belum memuaskan, dimana dia harus gagal berulang kali sampai dapat menghasilkan kain ecoprint yang bagus dan berkualitas.
"Saya belajar melalui kelas online."
"Kemudian mempraktikkan teknik basic guna menghasilkan ecoprint kualitas standar hingga kualitas medium," jelasnya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (25/9/2020).
Ia bercerita jika awal mula merintis usaha itu sejak 2018 atau sudah hampir dua tahun ini.
Kain ecoprint pertama yang dibuat, dia jadikan bajunya sendiri.
Kemudian baju itu dia posting di media sosial dan ternyata banyak yang berminat dengan hasil karya Sugiharti itu.
Di rumahnya, di Kelurahan Bantarsoka RT 05 RW 01, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Sugiharti mulai serius menekuni bisnis ecoprint.
Ecoprint adalah teknik pewarnaan alam dengan memanfaatkan getah dedaunan untuk mencetak motif dari daun itu sendiri.
Ada berbagai jenis dedaunan yang dapat digunakan.
Seperti jenis daun lanang yang dapat menghasilkan berbagai jenis warna seperti kuning, oranye, hijau, hingga cokelat.
Menurut Sugiharti beragam warna itu dapat dihasilkan tergantung bagaimana teknik dan treatment.
Kemudian ada pula daun jarak wulung yang dapat menghasilkan warna hijau, hingga rerumputan juga dapat diaplikasikan.
Tahapan pertama yang dilakukan dalam pembuatan kain ecoprint adalah dengan mencuci terlebih dahulu kain sutra.
Kain itu kemudian dimordan atau diberi air tawas dan direndam di cairan tanin.
Di atas kain sutra itu ditempel berbagai jenis daun yang sudah dipetik.
Setelah ditempel semua tutup kembali dengan kain blanket dan plastik kemudian digulung.
Setelah digulung kemudian kain itu dikukus selama sekira 2 jam.
Setelah itu diangkat dan diangin-anginkan selama sekira dua hari.
"Ecoprint mempunyai teknik yang bermacam-macam."
"Bisa memakai berbagai jenis daun dan tergantung teknik yang digunakan," tambahnya.
Satu lembar kain ecoprint buatan Sugiharti dihargai Rp 150 ribu untuk jenis kain blanket.
Jika sudah menjadi pakaian jadi dihargai Rp 300 ribu.
Sementara itu ecoprint dengan kain jenis sutra satu lembarnya dihargai Rp 1 juta.
Bila sudah menjadi pakaian bisa mencapai Rp 1,3 juta.
Para pembeli juga dapat memesan pola motif dan jenis daun yang diinginkan.
Mau pakai daun banyak atau tidak, semua itu tergantung pesanan.
Hasilkan Omset Jutaan Rupiah
Dia mulai serius mengembangkan bisnisnya pada akhir 2019, karena tertarik dengan teknik-teknik ecoprint yang lain.
Hal itu terlihat di galerinya yang bukan hanya kain ecoprint yang dibuat, tapi juga ada tas, sepatu, dompet, bahkan masker terbuat dari teknik ecoprint.
Harga tas ecoprint di kisaran harga Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta.
Sementara masker kulit dihargai Rp 125 ribu.
Nilai jual utama pembuatan kain ecoprint adalah karena handmade.
"Nilai jual utamanya karena handmade dan tidak ada motif yang sama," tandasnya.
Dalam satu bulan, Sugiharti dapat membuat sekira 10 lembar ecoprint dari bahan sutra.
Omsetnya ditaksir bisa mencapai Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per bulan.
Di masa sekarang ini, usahanya sempat sepi khususnya di awal-awal pandemi Covid-19.
"Awal Maret 2020 belum begitu terpengaruh, dan yang paling sepi saat April 2020."
"Alhamdulillah sejak Juni 2020 sampai sekarang sudah mulai pulih lagi," katanya.
Dalam menjalankan usahanya, Sugiharti mendapat bantuan wirausaha pemula dari Kemensos senilai Rp 10 juta yang diperuntukkan membuat galeri ecoprintnya.
Ecoprint hasil buatannya lebih banyak dijual secara online.
Pembeli dari berbagai daerah seperti Makassar, Palembang, Bandung, hingga Jakarta. (Permata Putra Sejati)