Teror Virus Corona
Geger Deksametason Efektif Selamatkan Pasien Corona, Gugus Tugas: Itu Bukan Obat Cegah Covid-19
Geger Deksametason Efektif Selamatkan Pasien Corona, Gugus Tugas: Itu Bukan Obat Cegah Covid-19
"Obat (dektameson) ini tidak memiliki khasiat pencegahan ini bukan penangkal Covid-19. Ini bukan vaksin, ini merupakan kombinasi obat-obatan. Obat ini direkomendasikan untuk kasus konfirmasi positif yang sakit berat dan kritis, yaitu kasus yang membutuhkan ventilator dan bantuan pernapasan."
TRIBUNBANYUMAS.COM, JAKARTA - Belakangan, publik digegerkan dengan hasil penelitian ilmuwan Inggris, yang mengeklaim deksametason atau dexamethasone sebagai obat yang efektif menyelamatkan pasien positif corona.
Namun demikian, deksametason bukan obat untuk mencegah tertularnya seseorang dari virus corona penyebab Covid-19.
Hal ini ditegaskan oleh anggota tim komunikasi publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro.
Ia menekankan hingga saat ini belum ditemukan vaksin atau obat tetap untuk perawatan Covid-19.
• Mengenal Deksametason Obat Pasar yang Diklaim Efektif Sembuhkan Covid-19, Bagaimana Penggunaannya?
• Cara Mudah Cek Kepesertaan Bansos Covid-19 Melalui Aplikasi, Simak Petunjuk Berikut Ini
• Celeng Aneh Milik Warga Banyumas Viral, Suka Makan Nasi Hangat Roti dan Kopi, Kaki Berjari Panjang
• Ikut Unggah Guyon Gus Dur Tiga Polisi Jujur di Twitter, Anita Wahid: Aku Bakal Diperiksa Nggak?
"Obat (dektameson) ini tidak memiliki khasiat pencegahan ini bukan penangkal Covid-19. Ini bukan vaksin, ini merupakan kombinasi obat-obatan," kata Reisa dalam konferensi pers dari Graha BNPB, Jakarta, Jumat (19/6/2020).
Reisa menjelaskan penggunaan dexamethasone dalam perawatan Covid-19 hanya diberikan untuk pasien dalam kondisi berat atau kritis. Penggunaannya pun harus diawasi secara ketat dokter atau ahli.
"Obat ini direkomendasikan untuk kasus konfirmasi positif yang sakit berat dan kritis, yaitu kasus yang membutuhkan ventilator dan bantuan pernapasan," jelasnya.
Selain itu, lanjut Reisa, konsumsi obat dexamethasone dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping.
Obat dexamethasone diberikan kepada pasien berdasarkan kriteria tertentu.
"Dexamethasone diberikan berdasarkan usia, kondisi, dan reaksi pasien tersebut terhadap obat."
"Penderita yang telah mengonsumsi untuk jangka panjang tidak boleh menghentikan obat secara tiba-tiba tanpa sepengetahuan dokter," kata Reisa.
"Penggunaan jangka panjang juga ada efek sampingnya," imbuhnya.
Ia mengatakan, penggunaan dexamethasone hingga saat ini dapat mengurangi angka kematian akibat Covid-19 sebanyak 20 hingga 30 persen.
Namun, Reisa menegaskan dexamethasone tidak diperuntukkan bagi pasien Covid-19 dengan kondisi ringan.
"Obat ini tidak memiliki dampak atau bukan terapi untuk kasus-kasus konfirmasi yang akut ringan atau tanpa gejala," ucapnya.
"Selanjutnya, dia menyatakan Badan POM akan memantau peredaran obat dexamethasone. "BPOM akan memantau peredaran dexamethasone," kata Reisa.
Efektif selamatkan pasien Covid-19
Baru-baru ini, ilmuwan Inggris mengeklaim dexamethasone (deksametason) sebagai terobosan besar dalam perang melawan virus corona.
Ilmuwan Inggris menyebut, deksametason, obat yang banyak ditemukan dipasar, efektif bekerja melawan virus corona penyebab Covid-19.
Klaim keefektifan deksametason mengemuka setelah tim dari Universitas Oxford melakukan uji coba kepada ribuan pasien di rumah sakit terkait penggunaan dexamethasone, Selasa (16/6/2020).
Hasilnya, temuan mereka menunjukkan bahwa obat tersebut sukses mengurangi risiko kematian pada pasien Covid-19 dengan kondisi parah.
• Cara Mudah Cek Kepesertaan Bansos Covid-19 Melalui Aplikasi, Simak Petunjuk Berikut Ini
• Indonesia Positif Virus Corona, Profesor Unair Surabaya Ini Klaim Temukan Obat Penangkal Covid-19
• Sembuh dari Covid-19 di Arab Saudi, TKI Ini Kembali Terjangkit Covid-19 saat Pulang Kampung
• Celeng Aneh Milik Warga Banyumas Viral, Suka Makan Nasi Hangat Roti dan Kopi, Kaki Berjari Panjang
Lantas, apa manfaat sebenarnya dan fungsi, sersta bagiamana penggunaan dari obat deksametason ini?
Ketua Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Wawaimuli Arozal, M Biomed, PhD mengatakan deksametason merupakan obat anti-inflamasi atau anti-peradangan yang tergolong obat keras.
"Deksametason termasuk obat keras golongan kortikosteroid sebagai anti-inflamasi atau anti-peradangan," ujar Wawaimuli saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/6/2020).
Menurut dia, penggunaan obat ini umumnya digunakan untuk pasien dengan keluhan adanya indikasi pada cedera kepala berat, peradangan yang hebat, dan penyakit autoimun.
Terkait penggunaan deksametason, Wawaimuli mengungkapkan, dosis sehari penggunaan tergantung dengan indikasi.
"Biasanya dua kali 0,5 mg tablet. Kalau suntikan beda lagi, tergantung berat ringannya penyakit," katanya lagi.
Masih kontroversi
Namun, yang perlu diperhatikan adalah obat ini, imbuhnya, tidak untuk dikonsumsi bagi penderita hipertensi, sakit gula, dan penderita infeksi bakteri/virus karena bisa menekan sistem imun.
Terkait kabar obat ini disinyalir dapat menyelamatkan pasien Covid-19, Wawaimuli, mengungkapkan, penelitian dan pengujian tersebut masih kontroversi.
"Ini masih kontroversi, beberapa kasus digunakan untuk pasien virus corona yang berat."
"Tapi, karena sifat deksametason menekan sistem imun, justru tidak direkomendasikan, karena untuk mengeliminasi virus perlu sistem imun badan yang terjaga," lanjut dia.
Tak hanya itu, seseorang yang mengonsumsi deksametason juga akan mengalami beberapa efek samping.
"Banyak efek sampingnya, mulai dari udem atau bengkak, osteoporosis, hipertensi, sampai gangguan mental, jadi penggunaannya harus hati-hati," imbuh dia.
Mengurangi respons pertahanan alami tubuh
Sama seperti yang diungkapkan Wawaimuli, sebuah artikel dari WebMD mengungkapkan, deksametason merupakan hormon kortikosteroid (glukokortikoid).
Obat ini juga dapat mengurangi respons pertahanan alami tubuh seseorang dan mengurangi gejala pembengkakan dan alergi.
Umumnya, penggunaan deksametason digunakan untuk mengobati kondisi seperti radang sendi, gangguan darah, hormon, sistem kekebalan tubuh, reaksi alergi, kondisi kulit dan mata tertentu, masalah pernapasan, gangguan usus tertentu, dan kanker tertentu.
Sementara itu, deksametason juga digunakan sebagai tes untuk gangguan kelenjar adrenal (sindrom Cushing). (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Gugus Tugas: Dexamethasone Bukan Obat Cegah Covid-19
• Pengakuan Ismail Pengunggah Guyon Gus Dur di Facebook: Saya Tidak Berpikir Mereka akan Tersinggung
• Ini Daftar Obat Berbasis Deksametason di Indonesia, Diklaim Efektif Selamatkan Pasien Covid-19
• Celeng Aneh di Banyumas Dipindahkan ke Tempat Rahasia, Kades Pekuncen: Tak Perlu ke Sini Lagi
• Satgassus Polri Selidiki 8 Dugaan Penyelewengan Bansos Covid-19, Brigjen Awi: di Jawa dan Sumatra