Liga 1
PSIS Semarang Rugi Saat Liga 1 Dihentikan Akibat Corona, Yoyok Pastikan Gaji Pemain Sesuai Kontrak
CEO PSIS semarang, Yoyok Sukawi menjamin pihak manajemen PSIS tetap membayar gaji pemain sesuai haknya di tengah wabah virus corona saat ini.
Penulis: Franciskus Ariel Setiaputra | Editor: Rival Almanaf
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - CEO PSIS semarang, Yoyok Sukawi menjamin pihak manajemen PSIS tetap membayar gaji pemain sesuai haknya di tengah wabah virus corona saat ini.
Virus yang saat ini semakin masif penyebarannya di Indonesia tersebut memaksa PSSI menghentikan sementara kompetisi baik itu Liga 1 yang sudah berjalan tiga pekan dan Liga 2 yang baru memulai pekan perdana hingga batas waktu yang belum di tentukan.
Dampak dari penghentian sementara kompetisi, membuat rata-rata klub peserta meliburkan lebih dahulu timnya.
Termasuk PSIS, yang meliburkan tim selama dua pekan, terhitung sejak Senin (23/3/2020) lalu.
• Simak Cara Membedakan Batuk Biasa dan Batuk Karena Virus Corona
• Memegangi Wajah Jadi Salah Satu Media Penyebaran Virus Corona, Simak Tips Mencegahnya
• Simak Gejala Anda Tertular Virus Corona, Segera Lakukan Hal Ini Agar Mendapat Penanganan Cepat
• Pasien Positif Corona Tegal Sempat Naik Kereta Api, Pemkot Koordinasi dengan PT KAI Lacak Penumpang
Penghentian sementara kompetisi tentu saja memaksa pengeluaran klub membengkak, karena kompetisi akan berjalan lebih lama.
Selain itu, tak ada pemasukan bagi klub, terutama dari penjualan tiket.
"Soal gaji, kalau PSIS, kita siap kok kalau harus libur dulu baru nanti main lagi bulan Juni, Juli, atau bahkan September."
"Tidak ada masalah. Atau mau stop kami juga tidak ada masalah," kata Yoyok, Rabu (25/3/2020) siang saat dihubungi.
"Selama libur ini tidak ada keputusan apa-apa masih berjalan normal. Kita tetap membayar gaji pemain sesuai biasanya," ungkapnya.
Disinggung soal kerugian klub, Yoyok mengatakan tak perlu menjawab soal hal itu.
Sebab sudah pasti klub merugi atas penghentian sementara kompetisi.
"Sekarang semua pasti rugi. Klub mau bertanding tidak bisa, kita mau jualan tidak bisa, tokonya tutup."
"Semua (industri) pasti rugi termasuk sepakbola. Kecuali wartawan media, kalau media masih bisa by phone, by online."
"Restoran masih bisa pesan antar. Kalau sepakbola tidak bisa," ucapnya.