Berita Regional

Kisah Nurohimah Sejak Januari Telah Lima Kali Jadi Korban Banjir Jakarta Hingga Harus Kuras Tabungan

Sejak Januari 2020 rumah Nurohimah di Cipinang Melayu, Jakarta Timur sudah lima kali kebanjiran.

Editor: Rival Almanaf
KOMPAS.com/M Zaenuddin
Warga mengevakuasi mobil yang terendam banjir di Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (1/1/2020)/ 

TRIBUNBANYUMAS.COM, JAKARTA - Sejak Januari 2020 rumah Nurohimah di Cipinang Melayu, Jakarta Timur sudah lima kali kebanjiran.

Banjir yang datang memiliki ketinggian yang bervariasi mulai dari dua meter hingga yang terparah mencapai empat meter.

Banjir yang merendam sejumlah wilayah di DKI Jakarta menimbulkan kerugian yang amat besar bagi para korbannya.

Sejak awal tahun 2020, Jakarta sudah berkali-kali diterjang banjir, baik disebabkan curah hujan yang tinggi maupun air kiriman dari hulu di Bogor.

Detik-detik Model Majalah Dewasa Vitalia Ditangkap Polisi Bersama Kekasihnya Saat Menyewa Apartemen

BREAKINGNEWS: Indomaret di Cilacap Dirampok, Karyawan Luka Sabetan Benda Tajam, Uang Rp 60 Juta Raib

Misteri Penemuan Mayat di Pantai Teluk Penyu Cilacap Terungkap, Begini Penjelasan Polisi

Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono Terget Seluruh Pengunjung Dapat Makanan di Peringatan Hari Jadi

Banjir tidak hanya menghambat aktivitas normal warga.

Banjir juga melumpuhkan perekonomian warga, khususnya bagi warga dengan perekonomian rendah.

Hal itu dirasakan Nurohimah, warga RW 04, Kelurahan Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur.

Posisi rumahnya yang berdekatan dengan Kali Sunter membuat rumahnya sudah berulang kali tenggelam akibat banjir setinggi berkisar 2-4 meter.

Banjir tidak hanya menerjang rumahnya, tetapi juga merendam warung nasi berukuran 5 x 5 meter miliknya yang berada di depan rumahnya.

"Warung saya kelelep semua, untung saja tidak ambruk. Belum saya bersihkan sampai sekarang, barang-barang semua hanyut.

Saya jualan nasi, gado-gado," kata Nurohimah di lokasi, Kamis (27/2/2020).

Akibat banjir, dirinya sudah tidak berjualan selama satu minggu.

Sebab, bahan-bahan untuk berjualan hanyut diterjang banjir.

Hal itu tentu menyulitkan dia serta keluarga karena pendapatan dari berjualan merupakan sumber mata pencariannya.

"Saya makan sehari-hari ya dari warung, suami saya sudah tidak kerja sejak tahun 1998," ujar Nurohimah.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved