Video Keren, Ada Sekolah Warga Paradesa Cilacap

sekolah warga paradesa di kroya cilacap, adalah wadah berbagi ilmu bagi para warga desa. bukan seperti sekolah formal seperti umumnya.

TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - Berikut video keren, ada sekolah warga paradesa cilacap

Tak ada ruang kelas, berisi dinding, papan tulis, meja, dan kursi. Pun tak ada gedung sekolahan, serta tak punya kepala sekolah.

Sekolah Warga Paradesa, memang bukan seperti sekolah pada umumnya. Hanya, yang pasti 'sekolah' ini merupakan wadah dan jembatan bagi sesama untuk saling memberi, berbagi, mencecap ilmu, juga berbagai keterampilan.

Penggiat Sekolah Warga Paradesa, Sutriyono (43), menuturkan sekolah itu menyediakan wadah orang-orang untuk berbagi dan mencari ilmu.

Sutriyono mencontohkan, ketika ada orang yang ahli dalam bidang desain grafis, maka sekolah warga akan menginisiasi sebuah kelas yang berisi materi pelajaran desain grafis.
Siapa peserta didiknya? Ialah masyarakat umum. Siapa saja yang berminat boleh turut nimbrung untuk belajar bersama.

Gampangnya, si pengajar adalah orang yang mengetahui seluk beluk desain grafis. Sementara, muridnya adalah sesiapa saja yang mau belajar desain grafis.

Pola berbagi ilmu seperti itu tidak hanya terjadi di bidang desain grafis. Tetapi juga semua bidang, meliputi masak-memasak (kuliner), pertanian, perbengkelan dan bidang ilmu ata ketermapilan lainnya.

Semua kelas di Sekolah Warga Paradesa terselenggara tanpa pungutan biaya alias gratis.

Didirikan sejak 5 Agustus 2018, sekolah ini telah mengadakan kelas-kelas yang digelar saban minggu sekali. Satu di antaranya kelas setir mobil.

Menurut Sutrisno, kelas setir mobil sudah berjalan sebanyak 36 kali pertemuan. Selama itu pula, telah menghasilkan sopir-sopir yang andal.

Namun, ada juga yang ikut sekadar iseng ingin coba-coba saja.

"Tapi Alhamdulillah sampai saat kini warga antusias mengikuti," katanya kepada TribunBanyumas.com, Minggu (26/1/2020).
Pada pertemuan ke-36 sore itu, Minggu, (26/1/2020) sudah ada 16 orang yang berkumpul di lapangan Parkir Pantai Indah Widarapayung, Cilacap, untuk belajar setir mobil. Sementara itu, jumlah mobil hanya empat unit.

Sutriyono mengaku kejadian seperti itu sering terjadi. Jumlah peserta lebih banyak ketimbang unit mobil yang ada.

Untuk itu, para pengajar perlu berunding agar semua peserta mendapat jatah latihan.

Sutriyono mengatakan, mobil-mobil itu juga atas kesedian teman-teman yang mau meminjamkan mobilnya untuk dibuat belajar setir mobil.
Satu di antara orang itu adalah Adi Wahdan (36). Ia menuturkan, kesediaannya meminjamkan mobilnya karena melihat antusias warga mengikuti setir mobil.

Maka dari itu, dia tidak merasa keberatan meminjamkan mobilnya.

Perlu dicatat, persediaan mobilnya juga lengkap. Ada mobil matik dan manual.

Selain meminjamkan mobil, Ad juga turut menjadi pengajar. Menurut dia, sesi pengajaran dibagi per bagian.
Ada pengajar yang khusus menerangkan bagian alat-alat mobil. Ada juga yang mengajar khusus bagian tata cara parkir mobik.

Ada juga yang khusus mengajar menyetir, berkeliling memutari lapangan.

Semula, kelas setir mobil gratis ini dianggap biasa saja oleh warga sekitar. Bahkan, banyak tidak percaya.

Namun, lambat laun, sekolah setir ini bisa menyiapkan calon-calon sopir andal yang bisa bekerja dengan baik dan profesional.
Bagas (18) sudah dua kali ikut kelas setir. Dia merasakan betul manfaat dari sekolah setir gratis ini.

"Dari dulu ingin bisa nyetir tapi tidak pernah kesampaian," kata laki-laki yang bekerja di toko sembako.

Dengan mengikuti kelas sopir ini, dia berencana akan menjalani profesi sopir truk. Kelas seperti ini, kata Bagas, bisa membuka jalan orang-orang mendapatkan pekerjaan di bidang sopir.

Kendati ada peserta yang mengikuti kelas ini untuk persiapan memasuki dunia kerja. Ada juga peserta yang mengikuti kelas ini untuk jaga-jaga saja kalau suatu saat dibutuhkan.
Risqi (25) menceritakan, keikutertaan di kelas setir ini sebagai bekal persiapan kalau sewaktu-waktu ada kesempatan menyetir mobil sendiri atau mobil teman.

Ia yakin, keahlian dari mengikuti kelas setir di Sekolah Warga Paradesa kelak bisa berguna, dan tentunya bermanfaat.

"Saya baru sekali ini saja ikut kelas setir," kata laki-laki yang baru saja lulus dari kampus swasta di Purwokerto.

Kuncinya Paseduluran

Kembali, Sutriyono menyampaikan, Sekolah Warga Paradesa dibuat untuk berbagi ilmu atau bertukar keahlian apa pun kepada semua orang dengan semangat berbagi dan gotong-royong.
"Jadi kita ingin menerapkan lagi tradisi leluhur kita yang mengatasi segala hal dengan cara gotong-royong. Tidak semua bidang itu diakses dengan uang," jawabnya.

Sutriyono menyatakan Sekolah Warga Paradesa terbuka kepada siapa saja. Tidak dipungut biaya.

"Syaratnya cuma satu, mau diajak paseduluran," pungkasnya. (yun)

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved