Ingat Jembatan Bambu Penghubung Wonosobo-Banjarnegara yang Viral? Akhirnya Lenyap, Ini Cerita Warga

Warga saling memeringatkan agar mengurungkan niatnya untuk menyeberang saat sungai meluap.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: muslimah
Tribunbanyumas.com/Khoirul Muzaki
Kondisi jembatan bambu penghubung dua desa di dua kabupaten, Desa Larangan Pagentan Banjarnegara dan Jebengplampitan Sukoharjo Wonosobo. (Sebelum lenyap dilahap banjir) 

TRIBUNBANYUMAS.COM, WONOSOBO - Kekhawatiran itu akhirnya terjadi juga.

Alam benar-benar menunjukkan kemurkaannya.

Sore itu, sekitar tiga hari lalu, langit desa amat suram.

Hujan yang turun lebat tambah mencekam.

Satu Keluarga Dibantai Secara Keji di Banyumas, Terbongkar 5 Tahun Kemudian, Ini Pengakuan Pelaku

Kisah Mencekam Bus Malam-malam Terjebak di Jalan Perbatasan Banjarnegara-Kebumen, Penyebab Terungkap

Untuk Kali Pertama Purwokerto Jadi Tuan Rumah Proliga, Terungkap Alasan GOR Satria Terpilih

Mantan Istri Sebut Teddy Suka Main Ilmu Hitam, Mbak You : Dalam Tutur Katanya Ada Juga

 

Saat seperti ini, firasat tak enak pasti menghampiri warga Desa Larangan Kecamatan Pagentan. 

Ingatan mereka tertuju pada sebuah jembatan bambu yang kondisinya amat memprihatinkan.

Jembatan yang dibangun secara swadaya itu menjadi akses penting untuk menghubungkan beberapa desa di Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara,

terutama Desa Larangan Pagentan Banjarnegara dengan Desa Jebeng Plampitan Sukoharjo Wonosobo.

Terlebih kondisi bangunan itu sudah rapuh.

Sementara sungai yang mengalir di bawahnya sewaktu-waktu bisa mengamuk.

Seperti kejadian sore itu.

Sungai Tulis meluap usai diguyur hujan lebat.

Aliran air yang biasanya tenang berubah kencang. 

Tinggi air bahkan telah melebihi lantai jembatan.

Arus sungai terus menghantam bangunan jembatan.

Warga saling memeringatkan agar mengurungkan niatnya untuk menyeberang saat sungai meluap.

Musibah itu pun datang.

Kondisi jembatan bambu penghubung dua desa di dua kabupaten, Desa Larangan Pagentan Banjarnegara dan Jebengplampitan Sukoharjo Wonosobo.
Kondisi jembatan bambu penghubung dua desa di dua kabupaten, Desa Larangan Pagentan Banjarnegara dan Jebengplampitan Sukoharjo Wonosobo. (Foto sebelum jembatan lenyap) (Tribunbanyumas.com/Khoirul Muzaki)

Jembatan tak mampu menahan kuatnya arus hingga putus dan terbawa banjir. 

"Jembatannya sudah hilang entah kemana," kataKepala Desa Larangan Harto, (10/1/2020).

Riwayat jembatan itu berakhir seperti pendahulunya.

Warga tak begitu kaget dengan kejadian itu.

Mereka terbiasa kehilangan jembatan yang dibangun sukarela.

Tetapi akhirnya warga pun lelah.

Bangunan yang dibangun dengan susah payah, lenyap seketika karena air bah. 

Ada jembatan saja warga sudah menderita.

Mereka harus bertaruh nyawa saat menyeberang karena jembatan rapuh.

Apalagi kini tiada lagi jembatan untuk menyeberang.

Susah warga bertumpuk. 

Harto mengatakan, karena jembatan putus, warga harus memutar lebih jauh melalui jalur alternatif sejauh sekitar 10 kilometer. 

"Memutar jauh, kalau lewat Sigaluh lebih jauh lagi,"katanya

Putusnya jembatan itu tak ayal menghambat aktivitas perekonomian warga.

Ongkos transportasi untuk mengangkut hasil pertanian warga naik karena jarak tempuh lebih jauh.

Ini akan memengaruhi harga jual di tingkat petani menjadi lebih murah. 

Aktivitas ke sekolah bagi para siswa pun terganggu karena jalur yang biasa mereka lalui putus. 

Warga desa terdekat dengan sungai lebih repot.

Padahal mereka tinggal menyeberang untuk sampai ke tujuan atau desa tetangga.

Tetapi karena tiada penyeberangan, mereka harus memutar melalui jalur alternatif dengan jarak tempuh lebih jauh. 

"Pejalan kali banyak. Kan ada petani yang sawahnya di seberang sungai,"katanya. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved